Makanan Khas Sulawesi

Sutoro Naruto

Sulawesi adalah pulau yang berada di sebelah timur Indonesia, tepatnya terletak di antara pulau Kalimantan di sebelah barat dan Kepulauan Maluku sebelah di sebelah timur.

Penduduk pulau Sulawesi rata-rata didominasi oleh suku Bugis-Makassar yang kebanyakan dari mereka adalah pedagang.

Di pulau Sulawesi terdapat 6 buah provinsi, yakni provinsi Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Gorontalo.

Pulau Sulawesi termasuk pulau yang ramai dikunjungi oleh para wisatawan lokal maupun mancanegara.

Keindahan alam dan laut pulau Sulawesi menimbulkan daya tarik yang begitu kuat sehingga membuat sekian banyak orang berbondong-bondong datang ke pulau tersebut.

Lihat juga

Selain keindahan pariwisatanya, pulau Sulawesi juga terkenal dengan suguhan kuliner yang beragam dan khas.

Jika kamu berencana untuk menyambangi Sulawesi, jangan sampai melewatkan salah satu makanan khas Sulawesi yang MakananOlehOleh.com tampilkan berikut ini.

Makanan Khas Sulawesi Adalah

1. Coto Makassar

Makanan khas Sulawesi bernama coto merupakan makanan dengan bahan dasar berupa jeroan sapi yang dibuat dengan cara direbus dengan waktu lama.

Sama halnya dengan soto, coto juga memiliki kuah dengan warna cokelat bercampur dengan irisan daging sapi, bahkan ada tambahan lain seperti jantung, babat, dan hati sapi.

Untuk memberikan rasa enak, coto akan diberi bumbu dari rempah-rempah khas Indonesia yang diracik secara khusus.

Untuk menyantapnya, orang asli Sulawesi khususnya Makassar akan menambahkan ketupat atau burasa sebagai teman makannya.

Burasa sendiri adalah makanan yang mirip lontong, namun bentuknya agak pipih dengan bahan tambahan berupa santan dan dimasak sambil dibungkus daun pisang yang ditali bagian luarnya.

Sedangkan bahan untuk membuat coto adalah meliputi jahe, serai, lengkuas, daun salam, kacang tanah, dan lainnya. Selain itu juga ada bumbu halusnya seperti bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, jinten, merica, cabai, dan tauco.

Bagi yang tertarik menikmatinya, di Makassar ada beberapa tempatnya seperti Coto Tol Nusantara dg.Oyo, Coto Bawakaraeng, Coto Gembira, dan Coto Nusantara. Untuk nama terakhir, terletak di Jl. Nusantara, Pattunuang, Wajo, Makassar.

2. Sarabba

Sarabba merupakan minuman khas suku Bugis yang banyak tinggal di Makassar dengan bahan pembuatan meliputi jahe, gula aren, merica bubuk, kuning telur, dan santan.

Campuran tersebut akan menimbulkan minuman dengan rasa hangat pedas manis sehingga sangat cocok diminum saat cuaca dingin.

Warna yang dihasilkan berkat percampuran bahan tersebut adalah cokelat, namun tidak terlalu pekat.

Harga untuk minuman yang dapat dengan mudah ditemui di Makassar ini hanya 8 ribu sampai 10 ribu rupiah saja per satu gelasnya.

Lihat juga makanan khas daerah

Rasa dari sarabba sangat khas dan dikatakan mampu menambah stamina serta bisa menghangatkan tubuh. Belum lagi penyakit seperti flu dan masuk angin bisa dengan segera ditangkal sehabis meminumnya.

Bagi yang ingin menikmatinya, datang saja ke salah satu tempat penjualannya di Jalan Sungai Cerekang, Makassar yang selalu ramai dikunjungi.

Namun apabila ingin menikmati sarabba di rumah, beli saja kemasan saset sarabba agar praktis dibuat dimanapun.

3. Sup Konro

Sop konro merupakan sop dengan kuah yang berlemak berwarna kecokelatan dengan bahan dasar iga sapi yang direbus, sedangkan jika menggunakan iga sapi yang dibakar maka namanya sop konro bakar.

Yang membuat khas sop konro adalah iga yang direbus harus benar-benar empuk agar lebih mudah dinikmati. Selain iga, boleh pula untuk menambah variasinya dengan memberi tambahan daging sapi pada sop konro ini.

Pembuatannya sup konro terbilang cukup sulit, selain cara perebusan yang benar-benar lama, bumbu yang dipakai juga melimpah layaknya masakan Makassar pada umumnya.

Bagi yang ingin menikmati empuknya iga sapi atau segarnya kuah sup konro, langsung saja datang ke Jalan Daeng Tata, Makassar untuk membeli seporsi sop konro Daeng Tata.

Selain itu, ada juga tempat lain yang sama-sama terkenal dan legendaris di Jalan Gunung Lompobattang dengan nama kedainya Sop Konro Karebosi, bahkan ada juga cabangnya di Jakarta.

Makanan yang akan sangat tepat bila dinikmati saat kondisi dingin tersebut dijual mulai dari 30 ribu sampai 50 ribu rupiah.

Bisa juga disantap dengan nasi putih hangat atau dengan makanan khas Sulawesi Selatan lainnya, seperti burasa misalnya.

4. Konro Bakar Karebosi

Sebelumnya telah disinggung tentang sop konro bakar yang dibuat dengan cara membakar iga sapi terlebih dahulu lalu dibalut bumbu sop konro yang khas.

Tempat paling tepat untuk menikmati konro bakar ada di Jl. Gunung Lompobattang no. 41 dengan nama kedai Konro Bakar Karebosi. Penampilan antara yang direbus dan dibakar agak berbeda, seperti pada warna kuah dan rasanya.

Kuah konro bakar cenderung lebih hitam, sedangkan yang direbus memiliki warna agak cokelat.

Untuk rasa, iga yang dimasak dengan cara dibakar akan lebih memiliki rasa yang khas ketimbang dengan cara pemasakan lain, termasuk perebusan.

Bumbu rempah yang digunakan cukup beragam, salah satunya adalah buah kluwek yang nantinya menghasilkan warna hitam pada kuahnya.

Lalu ada ketumbar dengan fungsinya untuk memberi cita rasa kuat pada setiap makanan. Di kedai Sop Konro Karebosi sendiri, iga bakar memiliki keunggulan pada teksturnya yang empuk dan bumbunya yang meresap.

Bahkan kedai yang telah ada sejak 1968 ini telah mendapat penghargaan Makassar Most Favourite Award Culinary.

Penghargaan lain adalah makanan terfavorit untuk kategori konro dengan jumlah persentase Most Favorite Indeks (MFI) yaitu 75,33%.

5. Pallubasa

Pallubasa merupakan makanan dengan tampilan dan bahan yang mirip seperti coto makassar, termasuk bahan utama pembuatannya yaitu jeroan sapi atau kerbau beserta dagingnya yang juga sama.

Bentuk pallubasa memiliki tampilan kuah kecokelatan yang agak pekat, kemudian ada kuning telur menyembul di atasnya.

Perbedaan antara coto dengan pallubasa yang paling umum adalah adanya telur ceplok mentah di atas pallubasa, jika coto tidak ada telurnya.

Selain itu, perbedaan lain terletak pada cara memakannya, jika pallubasa menggunakan nasi, maka coto lebih sering ditemani burasa atau ketupat.

Untuk bisa merasakan nikmatnya makanan bekuah ini, datang saja ke Warung Pallubasa H. Haeruddin atau nama bekennya Pallubasa Serigala.

Penamaan serigala sendiri tak lepas dari lokasi warungnya yang berada di Jalan Serigala. Warung ini akan melayani pesanan dari jam 9 pagi sampai 8 malam dengan pembeli yang tidak berhenti berdatangan, khususnya saat jam makan siang.

Selain karena rasanya yang enak, untuk menikmati satu mangkuk beserta nasi putih harganya cukup terjangkau, yakni hanya 18 ribu rupiah.

6. Pallumara

Pallumara sendiri merupakan sup dengan sajian berupa ikan segar yang biasa disantap saat siang hari dengan nasi hangat sebagai temannya.

Ditilik dari penamaannya yaitu pallu yang berarti masak dan mara yang mengandung arti pedas, pastinya sup ini memiliki rasa pedas.

Walaupun mirip dengan sup ikan alias pindang, nyatanya pallumara memiliki nilai lebih pada penggunaan rempah dan cara pemasakannya.

Olahan makanan laut ini sendiri sebenarnya bisa dibuat dengan berbagai jenis ikan apa saja, tergantung pembuat dan kreatifitasnya.

Namun beberapa yang paling umum adalah pallumara juku bolu, yang menggunakan ikan bandeng berukuran besar.

Namun karena duri dari ikan bandeng yang banyak sehingga merepotkan konsumen, maka munculah pallumara bandeng presto yang menggunakan ikan bandeng presto yang sejatinya merupakan makanan khas Semarang.

Lalu ada pallumara juku mairo dengan bahan dasar ikan teri yang telah dihilangkan kepalanya. Terakhir ada pallumara kaloak yang menggunakan ikan tongkol yang terlebih dahulu dipotong-potong.

Bahan tambahan jenis pallumara ini adalah keluak. Selain itu, masih ada banyak jenis ikan lain yang bisa dipakai, mulai dari bawal, gurame, cakalang, kerapu, kakap, dan ikan jenis lain.

7. Pallukacci

Jika pallumara berarti masakan pedas, berbeda halnya dengan pallukacci yang memiliki makna masakan asam dari kata kacci (asam) dengan pallu (masakan).

Hampir sama dengan pallumara, pallukacci juga adalah sup dengan warna kekuningan berbahan dasar ikan namun memiliki rasa asam.

Ikan yang biasa digunakan adalah tuna atau cakalang dan ikan bandeng, asam jawa, tomat, garam, kunyit bubuk, bawang merah, cabai rawit, dan gula.

Masakan khas Sulawesi Selatan khususnya Makassar ini dimasak secara sederhana seperti sup kebanyakan. Yakni dengan memasak ikan bersamaan dengan air asam beserta penyedap rasa dan garam secukupnya.

Lalu ada tambahan kunyit bubuk agar warnanya menjadi kuning dan dimasukkan pula tumisan bawang, irisan tomat, dan cabai.

Setelah matang, sup ini akan memiliki rasa yang enak dan tekstur empuk pada daging ikan yang telah bersih dari jeroan dan kotorannya. Lalu rasa pedas asam juga ikut muncul jika mencicipi kuahnya yang segar itu.

8. Burasa

Telah dikatakan di atas tentang burasa yaitu olahan yang terbuat dari beras dengan santan yang dibalut daun pisang.

Ukurannya sendiri memang lebih kecil dari lontong, sehingga ada pula yang menyebutnya dengan panggilan lontong bersantan.

Nama lainnya yang tak kalah terkenal adalah buras dan lapat, namun nama burasa akan tetap menjadi nama yang paling dikenal dan melekat pada panganan ini.

Makanan asli masyarakat Bugis Sulawesi Selatan tersebut memiliki bentuk pipih namun sering disantap bersama dengan coto makassar maupun opor ayam, khususnya saat lebaran atau hari raya idul fitri.

Cara untuk membuatnya juga tergolong mudah, yakni pertama-tama dengan merebus beras yang telah dicampur dengan santan sampai lembek.

Nantinya akan dibungkus memakai daun pisang yang ditali menggunakan tali rafia yang nantinya bisa langsung direbus sampai matang.

Makanan ini mampu bertahan selama dua hari, sehingga sangat tepat dibawa sebagai bekal makanan saat perjalanan.

Memakannya juga tidak susah, selain sebagai teman makan, juga bisa disantap secara langsung maupun ditemani sambal dan telur rebus.

Kini, burasa telah menyebar sampai luar Sulawesi Selatan, karena telah sampai Gorontalo, Kalimantan, hingga Malaysia.

9. Gogoso

Hampir sama dengan burasa, gogoso juga panganan yang dibuat dengan penutup daun pisang.

Bedanya, bahan utama pembuatannya adalah beras ketan yang nantinya akan dibungkus dengan daun lalu dimasak dengan cara memanggangnya di atas bara api.

Untuk memberi kesan nikmat, maka gogoso memiliki isian berupa abon sapi atau daging ayam dengan nama kambu yang diletakkan di tengah-tengahnya.

Selain itu, ada bahan-bahan lain yang biasa digunakan seperti santan, garam, dan daun salam agar rasanya gurih.

Untuk bisa mendapatkannya dapat dengan mudah ditemui di kawasan Pantai Losari hingga di sekitar karebosi, bahkan saat malam hari.

Harga dari satu bungkus gagoso dengan panjang hampir serupa dengan lontong ini hanya 3 ribu sampai 5 ribu rupiah. Biasanya harga tergantung dengan isian kumbu di dalamnya yang sangat menentukan rasanya.

Makanan khas Sulawesi Selatan ini juga bisa ditemani dengan canggoreng pallu/nasu yaitu sebuah kacang rebus yang juga dapat dengan mudah ditemui bersamaan dengan adanya gogoso.

10. Nasi Kuning Riburane

Nasi kuning adalah nasi dengan penampakan berwarna kuning karena diberi kunyit dan menggunakan santan agar rasanya lebih gurih daripada nasi putih biasa.

Meskipun bukan olahan asli dari Sulawesi, namun di Makassar terdapat warung legendaris yang bertempat di jalan Riburane No. 11 depan gedung RRI Makassar. Nasi kuning di sana dijual dengan dua pilihan porsi, yakni porsi besar dan porsi kecil, pilih saja sesuai kebutuhan.

Bahkan di kedai dengan nama Nasi Kuning Riburane Asuhan Hj. Istiah tersebut telah ludes terjual saat jam menunjukan pukul 11 siang. Jadi sangat disarankan datang sebelum jam 11, kalau bisa saat pagi sudah ikut mengantre.

Yang membuat istimewa nasi kuning ini adalah rasanya yang lebih gurih dengan rempah pilihan sebagai bumbu pembuatnya. Selain itu terdapat cukup banyak lauk pauk untuk dinikmati bersama nasi kuning, sebut saja abon, kentang kering, telur pindang rebus, sayur labu siam, dan semur daging.

Soal rasa jangan ditanyakan lagi, karena kuliner ini telah mendapat penghargaan Makassar Most Favourite (MMF) Award Cullinary kategori nasi sebanyak tiga kali beruntun.

Penghargaan tersebut memenangkan Nasi Kuning Riburane dari 2010 sampai 2012 yang dilakukan oleh Makassar Research untuk Majalah Makassar Terkini.

11. Sayur Ganemo

Sekarang berpindah ke Sulawesi Utara, tepatnya di kota Manado yang terdapat makanan bernama sayur ganemo.

Sayur ganemo sendiri merupakan istilah untuk makanan yang menggunakan daun melinjo, bunga pepaya, taoge pendek, dan potongan labu kuning dengan kuah bersantan.

Walaupun tergolong sederhana, namun nyatanya sayur ganemo tetap eksis sebagai makanan yang berasal dari Manado di umurnya yang kini semakin menua.

Dengan isian yang hampir selalu sayur-sayuran, sudah pasti akan sangat menyehatkan tubuh dan akan sangat baik untuk penurunan berat badan.

Bahan yang digunakan untuk membuat ganemo adalah daun melinjo yang masih muda, tomat, daun salam, lengkuas, irisan cabai merah, dan santan kental. Bisa juga itambah dengan sayuran lainnya, seperti bunga pepaya, taouge, dan labu.

Sedangkan untuk pembuatan bumbu halusnya memerlukan bawang putih dan bawang merah, terasi, kenari, dan garam.

Cara sederhana untuk membuatnya adalah dengan terlebih dahulu merebus santan sampai mendidih, lalu masukkan pula bumbu halus yang telah dibuat bersama lengkuas, tomat, cabai merah, dan daun salam.

Sebelum ikut masuk, biasanya sayuran tersebut ditumis terlebih dahulu dengan waktu singkat sampai agak layu baru dimasukkan ke wadah berisi santan. Setelah dirasa matang, sayuran ganemo bisa langsung disantap, entah sendiri atau bersama nasi.

12. Tinutuan

Makanan dengan nama tinutuan atau lebih dikenal dengan bubur manado ini berasal dari Sulawesi Utara, ada yang menyebutnya dari Manado, ada pula yang dari Minahasa.

Seperti kebanyakan bubur, tinutuan memiliki bentuk lembek dengan campuran sayuran yang cukup banyak, namun tak menggunakan daging.

Makanan yang dikatakan mulai dijual di sudut kota Manado tahun 1970 ini dibuat menggunakan bahan berupa beras, labu kuning (sambiki), bayam, daun gedi, kangkung, singkong, kemangi, dan jagung.

Warna khas yang tampak adalah kuning dengan beberapa warna hijau sayur menyembul keluar.

Kebanyakan masyarakat menyajikannya dengan ikan asin, sedangkan untuk orang Manado sendiri lebih sering menambahkan sambal roa, perkedel nike, perkedel jagung, dan tuna asap.

Selain itu masih ada banyak pula tambahan yang bisa dimasukkan ke dalam porsi tinutuan tersebut. Bahkan di lain kesempatan, ada pula penambahan mie hingga brenebon alias sup kacang merah khas dari Minahasa.

Bagi yang beragama Kristen, ada pula yang menambah kaki babi pada masakan ini, ada pula yang menambahnya dengan tetelan sapi pada sup kacang merah tersebut.

13. Lalampa

Lalampa merupakan olahan dari beras ketan dengan isian ikan cakalang yang dibungkus menggunakan daun pisang dengan bentuk silinder lalu dibakar.

Penampilannya sekilas agak mirip dengan lemper dari Jawa, namun perbedaanya yang sangat menonjol adalah pada isiannya yang dari ikan cakalang. Tidak hanya itu, jika lemper hanya bisa dimakan setelah terlebih dahulu dikukus, beda halnya dengan lalampa yang harus dibakar.

Pembakarannya terbilang cukup unik, mengingat ada olesan minyak sayur di sekelilingnya agar aromanya makin nikmat dan rasanya meresap sampai ke dalam.

Lihat juga makanan khas betawi

Bahan-bahan untuk membuat makanan asli Sulawesi ini adalah beras ketan putih yang telah dicuci bersih, potongan daun pandan, garam, dan santan.

Sedangkan untuk isiannya memerlukan suwiran daging ikan tongkol asap yang halus, kunyit, daun jeruk purut, daun pandan, daun kemangi, dan minyak sayur.

Bumbu dari isian tersebut meliputi cabai keriting merah, cabai rawit merah, kemiri, garam, bawang merah, bawang putih, dan serai untuk dihaluskan nantinya.

Bumbunya yang tergolong banyak membuat rasanya sangat enak, sehingga sangat pas dimakan sambil ditemani dengan kopi hangat.

14. Klappertaart

Klappertaart merupakan makanan khas Sulawesi, tepatnya Manado, yang dipengaruhi oleh kebudayan Belanda zaman dahulu, sehingga terdapat bahan seperti tepung terigu, mentega, susu, telur, dan kelapa.

Cara memasaknya terbilang unik, karena beda cara masak, beda pula hasilnya. Cara pemasakan yang pertama adalah dengan cara dipanggang dan menggunakan roti, nanti akan menghasilkan kue tar padat namun bisa dipotong seperti kue tar lain.

Namun bila tidak dipanggang, nanti malah menjadi lembut sehingga akan meleleh saat masuk ke mulut. Oleh sebab itu, akan sangat pas bila dimakan saat kondisi dingin karena rasanya lebih mantap.

Klappertaart awalnya memiliki kandungan kalori yang cukup tinggi, namun karena kebanyakan orang tak suka makanan berkalori tinggi, kini klappertaart dibuat menggunakan bahan-bahan berkalori rendah.

Tujuan utamanya adalah untuk memanjakan orang diet yang ingin menikmati enaknya tar asli Manado.

Bahkan makanan yang telah menjadi ikon Manado ini telah masuk ke dalam jajaran 30 jenis makanan dari daerah nusantara, bersama dengan makanan lain dari berbagai daerah.

Makanya telah banyak produsen menawarkan klappertaart dengan berbagai varian rasa, mulai dari cokelat, durian, keju, bluberi, dan tak ketinggilan rasa original.

15. Panada

Panada adalah cemilan yang mirip dengan pastel, namun memiliki perbedaan mendasar pada bahan kulitnya dan isiannya.

Jika biasanya pastel dibuat dengan kulit pastry, maka panada dibuat menggunakan luaran dengan bahan pembuatan seperti roti.

Maksudnya kulitnya dibuat mirip roti, yaitu dibuat dengan tepung terigu, telur ayam, garam, dan ragi instan. Sedangkan untuk isiannya kebanyakan diisi dengan ikan, khusunya ikan cakalang yang melimpah di Sulawesi.

Walaupun kadang-kadang ada yang menggunakan isian daging ayam dan sayuran seperti pastel.

Dalam membuat panada, isiannya dibumbui dengan bumbu bernama bumbu panpis.

Apa itu? Yaitu ikan cakalang yang telah dimasak bercampur dengan bawang merah, daun bawang, cabai merah, daun jeruk, kemangi, serta bumbu rempah lain.

Di Manado sendiri, makanan yang dikatakan berasal dari Spanyol dan Portugis ini justru diberi rasa pedas sesuai lidah masyarakatnya.

Kebanyakan produsen menjualnya dengan dua ukuran, yakni yang besar dan kecil, jika pilih yang besar, maka perut lebih cepat kenyang.

16. Nasi Jaha

Nasi jaha adalah panganan asli Manado yang menggunakan bahan dasar beras ketan dan beras putih. Kedua bahan tersebut nanti akan diaron atau dikukus setengah matang lalu akan dicampur dengan santan.

Setelah pengukusan selesai, hasilnya nanti dimasukkan ke dalam bambu berlapis daun pisang.

Biasanya ukuran bambu untuk pemasakannya adalah 30 sampai 50 cm. Nantinya bambu berisi hasil kukusan tadi akan dimasak dengan perapian dari kayu bakar sehingga aroma dan rasanya lebih khas.

Tampilan dari nasi jaha kurang lebih mirip dengan lemang dari Sumatera Barat, namun itu hanya di tampilan, karena pada waktu menyantap, nasi jaha akan ditemani oleh cakalang pampis.

Jika lemang, teman makannya adalah tape ketan, sehingga agak berbeda. Penggunaan nasi putih pada nasi jaha juga membedakannya dengan lemang yang menggunakan beras ketan saja.

Rasanya untuk nasi jaha lebih lembut karena terdapat nasi putih dan akan terasa gurih di mulut berkat adanya santan.

Bahkan nasi jaha sampai sekarang masih setia menemani acara-acara pernikahan maupun upacara penyambutan tamu di daerah asalnya, Manado.

17. Halua Kenari

Dari namanya saja sudah tampak jelas bahwa halua kenari adalah kudapan yang dibuat dengan bahan dasar kacang kenari.

Kenari ini nantinya akan dibentuk menjadi halua dengan cara melelehkan dulu gula merah lalu nantinya kacang tersebut dimasukkan ke lelehan tersebut.

Saat menjadi dingin, halua kenari sudah bisa disantap dengan rasanya yang manis lalu akan ada rasa renyah dari kacangnya disetiap gigitan.

Jika ditelaah dari penjelasan di atas, halua kenari memang mirip dengan ampyang dari Jawa, namun perbedaannya terletak pada penggunaan kenari dan bentuknya yang memanjang.

Penggunaan kacang kenari sebagai bahan utama tak lepas dari maraknya pohon tersebut di Sulawesi Utara, jadi dengan dibuatnya halua kenari nilai jual kenari akan meningkat.

Di Manado sendiri, makanan ini akan dengan mudah ditemui di berbagai pusat oleh-oleh dengan harga bervariasi, mulai dari 10 ribu sampai 45 ribu. Harga tersebut dipatok dari ukuran dan banyak sedikitnya halua kenari.

Rasanya yang manis dan punya tekstur agak kasar, membuatnya akan sangat cocok bila dimakan saat sedang meminum kopi atau teh.

18. Kasoami

Di Sulawesi Tenggara ada makanan khas mereka yaitu kasoami yang terbuat dari ubi kayu atau lebih akrab disebut dengan nama singkong.

Pembuatannya dibuat dari bahan seperti tepung ubi kayu, tepung gaplek, atau dari ubi kayu hasil fermentasi. Dari kesemua bahan di atas, penggunaan tepung ubi kayu menjadi yang paling sering dipakai oleh masyarakat.

Lebih jelasnya, pengertian kasoami adalah makanan yang dibuat dengan bahan ubi kayu yang dikukus dengan cetakan tertentu yang umumnya berbentuk kerucut.

Pembuatan kasoami haruslah terlebih dahulu membuat kaopi atau tepung ubi kayu yang dibuat dari parutan ubi tersebut yang telah dihilangkan airnya sampai menjadi tepung.

Tepung hasil proses tersebut nantinya akan dimasukkan ke cetakan lalu dikukus sampai matang. Makanan khas Sulawesi yang kerap dibawa sebagai bekal perjalanan ini biasanya akan disajikan dan disantap bersamaan dengan ikan asin dan ikan bakar.

Bahkan di Buton, warganya akan menyajikan makanan ini saat acara hajatan maupun penyambutan sanak saudara karena memiliki arti yang melambangkan persaudaraan dan keakraban.

19. Kabuto

Jika di Jawa ada yang namanya gathot, maka di daerah Sulawesi Tenggara ada yang namanya kabuto yang keduanya sama-sama dibuat menggunakan bahan dasar berupa ketela pohon alias singkong.

Bahkan bila dilihat dari segi tampilan, keduanya hampir mirip, hanya saja yang membedakan adalah bahan pelengkapnya. Untuk gathot sendiri, biasanya akan diberi parutan kelapa dan garam, bahkan terkadang ditambah dengan gula agar rasanya manis.

Sedangkan untuk kabuto bahan pelengkapanya adalah ikan asin, walaupun ada parutan kelapa juga. Dengan kandungan karbohidrat tinggi, dulunya kabuto sering dijadikan makanan pokok para nelayan di wilayah pesisir, khususnya untuk daerah Muna.

Bahkan sampai sekarang masyarakat pesisir pantai Muna masih mengonsumsi makanan ini, sampai-sampai banyak pula yang menjualnya. Harga untuk satu porsi kabuto yang telah lengkap dengan tambahan ikan asin ini dihargai cuma 4000 sampai 5000 rupiah saja.

Selain akan memberikan rasa yang berbeda dari gathot karena pembuatannya dengan mengeringkan dulu ketela pohon asli tanah Sulawesi, juga karena ada tambahan ikan asinnya yang enak.

Selain ikan asin, kabuto juga bisa disantap dengan ikan goreng lain bersama dengan nasi agar makin mengenyangkan.

20. Lapa-lapa

Nama lapa-lapa mungkin kurang familiar di telinga orang diluar Sulawesi, namun bila membicarakannya di Sulawesi, maka semua orang akan tahu mengenai lapa-lapa.

Makanan tersebut dibuat menggunakan beras bersama dengan santan, cukup dua bahan itu saja, namun untuk memenuhi persyaratan lapa-lapa maka diperlukan janur.

Jika dilihat dari bahan, mungkin sebagian orang akan menyebutnya sebagai lepet khas Jawa. Namun ada banyak perbedaan mulai dari bahan, ukuran, hingga teman penyajian dari kedua panganan tersebut.

Lapa-lapa dibuat dengan cara memasak setengah matang beras yang telah bersih dengan santan yang dicampur jadi satu. Setelah dingin, campuran itu akan dibungkus kedalam janur kelapa yang nantinya akan diikat bagian luarnya agar tidak mudah copot.

Setelah itu lapa-lapa sudah siap untuk dimasak kembali sampai matang untuk dikonsumsi. Perbedaannya dengan lepet adalah kebanyakan lepet menggunakan beras ketan lalu ada isian kacang di dalamnya.

Penyajian lepet lebih sering tanpa teman, sedangkan lapa-lapa akan disajikan bersamaan dengan sate pokea atau sate kerang air tawar.

21. Sinonggi

Sinonggi merupakan makanan yang terbuat dari sari pati sagu, yang hampir mirip dengan papeda di Maluku atau kapurung di Sulawesi Selatan. Keduanya sama dalam hal bahan, dan cara pemasakannya, namun yang membuatnya berbeda adalah teman makannya.

Biasanya sinonggi akan dimakan bersama dengan sayur, kuah ikan, atau dabu-dabu alias sambal.

Bentuknya lengket seperti lem, dan menjadi makanan pokok bagi suku Tolaki sedari dulu, walaupun kini telah menjadi makanan sekunder setelah digantikan oleh nasi. Suku Tolaku sendiri adalah suku asli masyarakat kota Kendari, Sulawesi Tenggara.

Cara untuk membuatnya adalah dengan merendam pati sagu terlebih dahulu dengan air dingin selama satu malam di wadah yang agak besar, baskom misalnya.

Setelah mengendap sagu dicairkan dengan cara memberi air dingin secukupnya sambil menambah air mendidih. Sedikit demi sedikit air mendidih tadi ditambahkan, jangan lupa untuk mengaduk pati sagunya sampai mengental.

Setelah sinonggi siap, maka tambahan seperti sayur yang telah dimasak, sambal, dan kuah ikan bisa menemaninya menjadi santapan, apalagi saat sinonggi masih hangat, pasti enak.

22. Kaledo

Nama kaledo sebenarnya adalah akronim dari kata ‘kaki lembu donggala’ karena bahan utamanya adalah dari kaki lembu atau sapi.

Kaledo sendiri dapat dengan mudah ditemui di beberapa tempat makan di Palu, Sulawesi Tengah yang memang menjadi tempat lahirnya.

Makanan ini akan disajikan dengan sup kuah yang terkenal dengan rasa asam pedas, plus daging dari kaki sapinya yang empuk banget.

Untuk penyajiannya biasanya akan ditambah dengan nasi putih dalam wadah terpisah pada satu porsi kaledo di setiap kedai.

Bumbu-bumbu utama dalam pembuatan olahan kaki sapi ini meliputi asam jawa, garam, dan cabai rawit, sehingga rasa asam dan pedasnya sangat ketara.

Untuk bisa menikmatinya datang saja ke Palu menuju alamat Jalan Diponegoro No.40 karena disana ada warung penjualnya yang telah termasyhur bernama Kaledo Stereo.

Di sana cara memakannya adalah dengan menggunakan dua tangan, salah satu tangan memegang tulangnya, satu lagi untuk mencuili dagingnya.

Walaupun di sana ada pula kaledo tanpa tulang yang telah dipotong kecil, namun itu lebih sering dipesan oleh anak kecil.

23. Sayur Putungo

Kemudian di Sulawesi Utara, tepatnya di Gorontalo ada sayur khas masyarakat setempat bernama sayur putungo yang biasa dijadikan makanan sehari-hari.

Bahan-bahannya tergolong unik, karena terdapat jantung pisang, sedangkan bahan lain seperti ikan, cabai, dan kelapa adalah pelengkapnya.

Pengolahan sayuran ini harus terlebih dahulu merajangnya atau mengiris tipis-tipis bahan-bahan di atas untuk nantinya dijadikan sayur.

Kemudian terdapat pula kuahnya yang dibuat dengan tambahan milu, atau dikenal dengan jagung rebus.

Hasil rajangan dan kuah milu nantinya akan bercampur menjadi satu, itulah yang dinamakan dengan sayur putungo.

Rasa dari jantung pisang yang khas, kemudian kuahnya yang segar diberi rebusan jagung, membuatnya semakin gurih nan pedas. Apalagi masyarakat Gorontalo menyukai masakan pedas, membuat masakan ini juga memiliki rasa pedas yang kental.

Bahkan dikatakan tidak ada sayur putungo di Gorontalo yang tidak memiliki rasa pedas. Maka dari itu, agar rasa pedasnya bisa diatasi, makan saja bersamaan dengan nasi putih hangat, dan siapkan air minum.

24. Bubur Sagela

Ada banyak jenis street food yang memiliki rasa premium di daerah Gorontalo, salah satunya adalah bubur sagela. Sagela sendiri adalah ikan yang dikeringkan, sedangkan kebanyakan bubur sagela dibuat dari ikan roa.

Roa sendiri adalah sejenis ikan terbang yang dapat dengan mudah ditemui di sekitar perairan Sulawesi. Setelah ikan roa kering jadi, selanjutnya dagingnya harus diambil untuk bisa dijadikan menjadi bubur sagela.

Daging tersebut nantinya akan ditumbuk halus bersamaan dengan bahan lain seperti tomat, cabai, dan bawang. Hasil tumbukan ini juga sering disebut dengan sambal karena selain encer, juga karena memiliki rasa pedas seperti sambal pada umumnya.

Nantinya sambal ini akan disajikan bersama dengan bubur untuk memberi rasa yang lebih enak dan khas, apalagi saat disantap dalam keadaan hangat. Untuk menambah enak, biasanya satu porsinya akan ditambah dengan irisan mentimun atau kerupuk.

25. Sate Kambing Balanga

Sate kambing balanga merupakan olahan dari daging kambing yang dimasak dengan balanga atau bisa juga dimasak di wajan.

Walaupun namanya sate, sebenarnya olahan ini berbeda dengan sate kebanyakan, karena sama sekali tak menggunakan tusukan pada daging-dagingnya.

Pembuatnya adalah ibu Hanifah yang juga pemilik Rumah Makan Diva di Gorontalo yang punya resep turun-temurun.

Olahannya ini bahkan pernah dipamerkan di acara ‘Bango Berikan Inspirasi Kelezatan Hidangan Kuliner Kambing.

Bahan yang dipakai adalah daging kambing sebagai bahan utama, lalu ditopang olah rempah-rempah lain berupa jahe, cabai merah, bawang merah, ketumbar, serai, dan bawang putih.

Kemudian ada rempah lain yang menjadi kekhasan makanan ini, sebut saja jinten, lada, cengkeh, kayu manis, kapulaga, ketumbar, dan pala yang disangrai lalu dihaluskan.

Bahan pendukungnya adalah kecap, garam, dan minyak goreng. Cara memasaknya cukup menumis irisan bawang, lalu dimasukkan pula bahan di atas, termasuk bumbu halus dan daging kambing.

Aduk rata, kemudian beri tambahan seperti kecap, garam, dan lada secukupnya, sampai nanti daging menjadi empuk baru siap santap.

26. Kanre Santan

Di Pare-pare ada yang namanya kanre santan atau hidangan nasi bercampur dengan air santan yang ditambah dengan aneka lauk pauk. Masyarakat setempat kerap memanggilnya dengan kanse sebagai singkatan dari kanre santan.

Rasa gurih berkat santan akan langsung terasa saat nasi masuk ke mulut, apalagi ditambah dengan beberapa lauk yang menggugah selera.

Aneka lauk yang dapat dihidangkan adalah ikan tuna goreng dan daging bebek yang diiris kecil-kecil atau masyarakat menyebutnya nasu palekko serta berbagai menu lain.

Di daerah asalnya, banyak sekali orang yang menjajakan kanse, baik itu di pinggir jalan atau di warung-warung. Biasanya warung tersebut akan menyajikan kanse dengan lauk seperti daging ayam, bebek, telur, perkedal, dan mi dengan harga yang bervariasi.

Biasanya harga yang dipatok hanya Rp7.000 sampai Rp8.000 tergantung banyaknya lauk yang dipilih. Salah satu kedainya ada di Jalan Pertamina yang buka sampai malam hari, karena kanse lebih sering dinikmati publik pada waktu malam.

27. Kapurung

Kapurung adalah makanan khas dari kota Palopo, Sulawesi Selatan yang dibuat dari sagu berisi sayuran rebus. Aneka sayur yang dapat ditemui pada masakan ini adalah bayam, kacang panjang, hingga ada pula irisan jagung.

Untuk memberi rasa segar, kapurung akan disajikan bersamaan dengan kuahnya yang segar bewarna kecokelatan. Tidak hanya sayur saja yang dapat dipakai, karena ada lauk lain yang boleh masuk ke piring, meliputi udang, ikan, dan ayam.

Ciri khas dari olahan sagu yang biasanya didatangkan dari Masamba dan Larompong ini adalah rasanya yang sangat pedas, sehingga disukai khalayak ramai.

Bahkan di Makassar, sekitar 300 km dari Palopo, ada warung dengan nama kapurung Aroma Palopo Hj. Fatma yang letaknya ada di Jalan Mappanyukki Makassar.

Lihat juga makanan khas sunda

Di sana bahkan telah menjadi langganan para pejabat sampai artis top bila singgah ke Makassar. Apalagi uang yang dikeluarkan untuk membelinya cuma 20 ribu dan bila tambah lauk cukup membayar 25 ribu saja.

Setelah seharian memanjakan diri menikmati desir pasir Pantai Losari, kamu bisa beristirahat sembari mengisi perut dengan menyantap sejumlah makanan khas Sulawesi yang tersedia.

Kamu bisa memilih untuk menyantap makanan berkuah atau kering, makanan laut atau darat, dan bahkan kamu juga bisa mencoba menu tradisional khas suku Bugis di Sulawesi.

Makanan Khas Lainnya:

Bagikan:

Sutoro Naruto

Penulis ini menyukai makanan seperti bakso, ayam geprek, rendang dan masih banyak yang lainnya.

Leave a Comment